Para Kanibal dalam Catatan Asing

5/19/15
Marco Polo
            Meskipun hanya sedikit orang yang percaya, Marco Polo sesungguhnya memberikan deskripsi yang relatif akurat  kepada tentang Eropa tentang pesisir utara Sumatera. Sekitar 100 mil di tengah Bintan terdapat Pulau Jawa kecil (bagian utara Sumatera). Ada delapan kerajaan serta delapan raja yang berkuasa di tempat itu. Seluruh penduduknya adalah penyembah berhala dan bicara dalam bahasa sendiri-sendiri karena kedelapan kerajaan tersebut memiliki bahasa masing-masing. Pulau ini juga juga berlimpah harta dan komoditas berharga.
Kerajaan Ferlec (Perlak) memiliki orang-orang penyembah berhala. Tetapi karena berhubungna dengan pedagang-pedagang Saracen yang sering berlabuh di sana, akhirnya mereka beralih menganut ajaran Muhammad (Islam). Namun, hal ini hanya berlaku bagi penduduk kota. Mereka yang tinggal di pedalaman hidup sangat berbeda. Menyembah apapun yang mereka lihat ketika bangun tidur di pagi hari dan memakan daging manusia dan jenis-jenis daging lain, baik yang bersih maupun kotor.
            Setelah Perlak, para penjelajah memasuki Basman, Peusangan. Orang-orang Peusangan adalah orang-orang yang hidup dengan hukum yang kejam. Merka mengaku setia pada Khan Yang Agung, namun tidak mengirimkan upeti kepadanya dikarenakan lokasi mereka yang jauh dan tidak terjangkau oleh anak buah Khan. Namn mereka terkadang mengirimkan hadiah dan upeti kepada Khan melalui para penjelajah yang lewat.
            Kerajaan berikutnya terletak di pulau yang sama, disebut Sumatera (Samudera, kemudian dikenal sebagai pasai). Marco Polo dan anggotanya beristirahat selama lima bulan di kerajaan ini. Penduduknya adalah penyembah berhala dan hidup liar. Merka memiliki raja kaya dan sangat berkuasa yang juga menyatakan kesetiaannya pada Khan.
            Beralih ke kerajaan yang disebut Dagroian (Pidie). Pidie adalah kerajaan terpisah yang memiliki raja sendiri serta bahasa sendiri. Masyarakatnya yang menyatakan dukungan pada Khan benar-benar manusia yang primiitif. Mereka menyembah berhala dan memiliki kebiasaan yang buruk, yaiut memakan aggota mereka yang sakit.
            Hal tersebut terjadi ketika ada dari mereka yang jatuh sakit, mereka akan memanggil penyihir untuk datang dan menanyakan apakah ia bisa sembuh. Jika penyihir itu berkata bahwa orang yang sakit akan mati, maka kerabat si sakit akan memanggil orang-orang tertentu untuk membunuh orang yang sakit tersebut. Ketika ia sudah mati, mereka akan memasaknya, kemudian seluruh anggota keluarga memakan seluruh  badan orang itu. Bahkan mereka memakan sum-sum tulangnya, tujuannya agar tidak ada yang tersisa yang mengeluarkan cacing-cacing yang mati kelaparan. Kepercayaan mereka, jika ada tubuh yang tersisa, maka tubuh tersebut akan meninggalkan dosa dan kesengsaraan karena banyak jiwa yang keluar dari tubuhnya menemui ajal. Setelah itu, mereka memasukkan tulang-tulangnya dalam peti mati yang bagus dan menggantung peti itu dalam gua yang sangat besar yang tidak terjangkau oleh binatang buas.
MISI MENEMUI RAJA MINANGKABAU
Thomas Dias
            Sejak 1660-an, perwakilan Belanda di pantai barat Sumatera mulai berurusan dengan raja-raja Minangkabau di sebuah empat yang mereka sebut “Negeri”. Sedangkan Belanda yang menguasai Malaka mengetahui, meski samar-samar, tentang penguasa Miangkabau di suatu tempat yang mereka sebut Pagaruyung. Tahun 1683, Gubernur Belanda untuk Malaka, Cornelis van Quelbergh memerintahkan Thomas Dias pergi ke hulu Sungai Siak untuk mencoba menjalin hubungan dengan Raja Minagkabau. Tujuannya agar Belanda dapat berdagang secara langsung denga penyedia emas, lada dan timah Minagkabau, dan untuk menjadikan Minangkabau sebagai sekutu yang potensial.
            Thomas Dias mendapat tempat yang istimewa di hadapan Raja Minangkabau. Dia diberi gelar Orang Kaya Saudagar Raja Orang di dalam Istana. Di beri pesta pelantikan yang mewah dan dihadiahi tiga pelabuhan yaitu, Siak, Patapahan, dan Indragiri. Sehingga VOC dan dirinya dapat berdagang kesana. Raja memberi kuasa penuh untuk membatalkan atau melakukan apapun yang diinginkannya di tiga pelabuhan tersebut. Serta mendapatkan izin dari Raja Minagkabau untuk gubernur Belanda yang ingin berdagang diantara Siak dan Patapahan.
            Tidak banyak yang di ceritakan di sini. Hanya seputar perjalanan Thomas Dias, pertemuannya dengan Raja Minangkabau, serta gelar kehormatan yang di dapatnya dari raja tersebut. Tentu saja dia juga mendapatkan izin untuk berdagang dan mendapatka kuasa penuh di tiga pelabuhan. Di sini juga sedikit diceritakan bahwa Raja Minagkabau dengan Raja Johore memiliki sedikit konflik yang membuat Raja Minangkabua tidak lagi mengizinkan anggota Kerajaan Johore di Siak karena pengkhianatan yang dilakukan sepepunya itu. Namun tidak terlalu detail.
Daftar Pustaka

Reid, Anthony (penyusun). 2010.Sumatera Tempo Doeloe: dari Marco Polo sampai Tan Malaka, Jakarta: Komunitas Bambu.

1 comments:

Anonymous at: January 23, 2022 at 2:44 PM said...

Play Baccarat on the Go - Welsh Online Casino
A game of baccarat with 2 rules and betway login bonuses. fun88 vin If the player bids $100 바카라 and they lose the prize and they win the game, the player has to pay 1,500x

Post a Comment