Marco Polo
Meskipun hanya sedikit orang yang
percaya, Marco Polo sesungguhnya memberikan deskripsi yang relatif akurat kepada tentang Eropa tentang pesisir utara
Sumatera. Sekitar 100 mil di tengah Bintan terdapat Pulau Jawa kecil (bagian
utara Sumatera). Ada delapan kerajaan serta delapan raja yang berkuasa di
tempat itu. Seluruh penduduknya adalah penyembah berhala dan bicara dalam
bahasa sendiri-sendiri karena kedelapan kerajaan tersebut memiliki bahasa
masing-masing. Pulau ini juga juga berlimpah harta dan komoditas berharga.
Kerajaan Ferlec (Perlak) memiliki
orang-orang penyembah berhala. Tetapi karena berhubungna dengan
pedagang-pedagang Saracen yang sering berlabuh di sana, akhirnya mereka beralih
menganut ajaran Muhammad (Islam). Namun, hal ini hanya berlaku bagi penduduk
kota. Mereka yang tinggal di pedalaman hidup sangat berbeda. Menyembah apapun
yang mereka lihat ketika bangun tidur di pagi hari dan memakan daging manusia
dan jenis-jenis daging lain, baik yang bersih maupun kotor.
Setelah Perlak, para penjelajah
memasuki Basman, Peusangan. Orang-orang Peusangan adalah orang-orang yang hidup
dengan hukum yang kejam. Merka mengaku setia pada Khan Yang Agung, namun tidak
mengirimkan upeti kepadanya dikarenakan lokasi mereka yang jauh dan tidak
terjangkau oleh anak buah Khan. Namn mereka terkadang mengirimkan hadiah dan
upeti kepada Khan melalui para penjelajah yang lewat.
Kerajaan berikutnya terletak di
pulau yang sama, disebut Sumatera (Samudera, kemudian dikenal sebagai pasai).
Marco Polo dan anggotanya beristirahat selama lima bulan di kerajaan ini.
Penduduknya adalah penyembah berhala dan hidup liar. Merka memiliki raja kaya
dan sangat berkuasa yang juga menyatakan kesetiaannya pada Khan.
Beralih ke kerajaan yang disebut
Dagroian (Pidie). Pidie adalah kerajaan terpisah yang memiliki raja sendiri
serta bahasa sendiri. Masyarakatnya yang menyatakan dukungan pada Khan
benar-benar manusia yang primiitif. Mereka menyembah berhala dan memiliki
kebiasaan yang buruk, yaiut memakan aggota mereka yang sakit.
Hal tersebut terjadi ketika ada dari
mereka yang jatuh sakit, mereka akan memanggil penyihir untuk datang dan
menanyakan apakah ia bisa sembuh. Jika penyihir itu berkata bahwa orang yang
sakit akan mati, maka kerabat si sakit akan memanggil orang-orang tertentu
untuk membunuh orang yang sakit tersebut. Ketika ia sudah mati, mereka akan
memasaknya, kemudian seluruh anggota keluarga memakan seluruh badan orang itu. Bahkan mereka memakan sum-sum
tulangnya, tujuannya agar tidak ada yang tersisa yang mengeluarkan
cacing-cacing yang mati kelaparan. Kepercayaan mereka, jika ada tubuh yang
tersisa, maka tubuh tersebut akan meninggalkan dosa dan kesengsaraan karena
banyak jiwa yang keluar dari tubuhnya menemui ajal. Setelah itu, mereka
memasukkan tulang-tulangnya dalam peti mati yang bagus dan menggantung peti itu
dalam gua yang sangat besar yang tidak terjangkau oleh binatang buas.
MISI MENEMUI
RAJA MINANGKABAU
Thomas Dias
Sejak 1660-an, perwakilan Belanda di
pantai barat Sumatera mulai berurusan dengan raja-raja Minangkabau di sebuah
empat yang mereka sebut “Negeri”. Sedangkan Belanda yang menguasai Malaka
mengetahui, meski samar-samar, tentang penguasa Miangkabau di suatu tempat yang
mereka sebut Pagaruyung. Tahun 1683, Gubernur Belanda untuk Malaka, Cornelis
van Quelbergh memerintahkan Thomas Dias pergi ke hulu Sungai Siak untuk mencoba
menjalin hubungan dengan Raja Minagkabau. Tujuannya agar Belanda dapat
berdagang secara langsung denga penyedia emas, lada dan timah Minagkabau, dan
untuk menjadikan Minangkabau sebagai sekutu yang potensial.
Thomas Dias mendapat tempat yang
istimewa di hadapan Raja Minangkabau. Dia diberi gelar Orang Kaya Saudagar Raja
Orang di dalam Istana. Di beri pesta pelantikan yang mewah dan dihadiahi tiga
pelabuhan yaitu, Siak, Patapahan, dan Indragiri. Sehingga VOC dan dirinya dapat
berdagang kesana. Raja memberi kuasa penuh untuk membatalkan atau melakukan
apapun yang diinginkannya di tiga pelabuhan tersebut. Serta mendapatkan izin
dari Raja Minagkabau untuk gubernur Belanda yang ingin berdagang diantara Siak
dan Patapahan.
Tidak banyak yang di ceritakan di
sini. Hanya seputar perjalanan Thomas Dias, pertemuannya dengan Raja Minangkabau,
serta gelar kehormatan yang di dapatnya dari raja tersebut. Tentu saja dia juga
mendapatkan izin untuk berdagang dan mendapatka kuasa penuh di tiga pelabuhan.
Di sini juga sedikit diceritakan bahwa Raja Minagkabau dengan Raja Johore
memiliki sedikit konflik yang membuat Raja Minangkabua tidak lagi mengizinkan
anggota Kerajaan Johore di Siak karena pengkhianatan yang dilakukan sepepunya
itu. Namun tidak terlalu detail.
Daftar
Pustaka
Reid,
Anthony (penyusun). 2010.Sumatera Tempo Doeloe: dari Marco Polo sampai Tan
Malaka, Jakarta: Komunitas Bambu.
1 comments:
Play Baccarat on the Go - Welsh Online Casino
A game of baccarat with 2 rules and betway login bonuses. fun88 vin If the player bids $100 바카라 and they lose the prize and they win the game, the player has to pay 1,500x
Post a Comment