Historiografi Afrika

5/27/15
Perkembangan historiografi Afrika, banyak dipengaruhi oleh kepercayaan serta penghormatan yang tinggi terhadap nenek moyang, misalnya pada historiografi tradisional Afrika. Kepercayaan terhadap kelangsungan hidup, suatu kehidupan sesudah mati, suatu persamaan antara yang hidup, yang mati, dan generasi-generasi yang belum lagi dilahirkan adalah asasi untuk semua kehidupan agama, sosial, dan politik Afrika. Orang-orang mesir kuno sangat sadar adanya hubungan kehidupan dan kematian.
Seperti pada, inti dari mitos Horus menerangkan bahwa yang telah mati, khususnya para raja, tetap terus memepengaruhi kehidupan yang masih berlangsung dengan cara mempengaruhi perubahan-perubahan dari luapan Sungai Nil, dan tumbuhnya tanaman-tanaman pokok mereka yang selalu terjadi setiap tahun. Bagian terbesar dari kepercayaan bangsa Mesir banyak berkisar pada penghormatan terhadap yang sudah mati. Monumen-monumen yang menakjubkan dibangun, dan para pendeta yang merawat tempat-tempat suci tersebut menjadi banyak yang mengetahui tentang tradisi-tradisi dan cerita-cerita leluluhur mereka.
Inilah unsur inti dari historiografi tradisional Afrika. Hampir pada setiap tempat di daerah Sub-Sahara Afrika kita akan menemukan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang sudah mati dengan kehidupan yang masih hidup masa kini dan dengan generasi yang akan datang. Hal tersebut menunjukan bahwa tiap komunitas di Afrika didirikan oleh seorang nenek moyang ataupun sekelompok dari leluhur nenek moyang mereka, beserta dengan hak dan kewajiban yang telah ditetapkan. Hak dan kewajiban tersebut berlaku untu segala zaman, dan dapat disesuaikan namun, tidak dapat diganti sama sekali. Nenek moyang dan tradisi yang telah mereka ajrkan adalah suatu kenyataan hidup, bagi masyarakat tradisional Afrika. Penghormatan pada nenek moyang lebih merupakan suatu bentuk pemujaan, yang dilandasi ketakutan akan “apa yang akan dikatakan nenek moyang”.
Historiografi Afrika mendapat pengaruh dari berbagai negara. Penulisan sejarah Afrika juga banyak terpengaruh oleh hal-hal yang berbau mistik dan animisme serta dinamisme. Kepercayaan terhadap kelangsungan hidup, suatu kehidupan sesudah mati, suatu persamaan antara yang hidup, yang mati, dan generasi-generasi yang belum lagi dilahirkan adalah asasi untuk semua kehidupan sosial, agama, dan politik Afrika. Jadi, walaupun penulisan yang serius mengenai sejarah Afrika baru saja dimulai, suatu rasa tentang sejarah dan tradisi telah selalu merupakan suatu bagian dari cara hidup orang Afrika.
Orang-orang mesir kuno amat sadar akan kelanjutan hubungan kehidupan dan kematian. Tidak saja mereka sadar akan pengaruh yang besar dan luas dari suatu kehidupan yang sudah mati tetapi juga dari kelanjutan hubungan yang telah mati, khususnya raja-raja. Kepercayaan yang asasi terhadap adanya kelanjutan hidup di antara semua orang Afrika. Di setiap tempat di daerah sub Sahara Afrika kita bertemu dengan kepercayaan akan adanya hubungan yang berlangsung antara yang sesudah mati dengan kehidupan yang masih hidup masa kini dan dari generasi yang akan datang.
1. Penulisan Sejarah Masa Afrika Kuno
Dalam hal ini historiografi tradisional Afrika menyerupai historiografi Eropa sebelum revolusi ilmu pengetahuan memecah filsafat ke dalam berbagai bagian. Pembuatan dan penyampaian tradisi bukanlah pekerjaan ahli-ahli sejarah sebagaimana menurut pandngan modern, tetapi pekerjaan pendeta dan ahli-ahli agama, orang-orang tua, dan orang-orang bijaksana pada umumnya. Tradisi tidak hanya menjelaskan hubungan antara para nenek moyang dari komunitas-komunitas yang berbeda tetapi juga hubungan dengan komunitas yang dinyatakan dalam bentuk cerita, puisi suci, ritual agama, dan manifestasi-manifestasi cara hidup dalam masyarakat.
Pembuatan dan penyampaian tradisi adalah berlainan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal itu tergantung pada luas, sifat alamiah, kepercayaan, dan sumber-sumber penghasilan dari suatu komunitas tertentu. Dalam masyarakat-masyarakat yang terdiri atas berbagai segmen-segmen dimana peranan-peranan seringkali tidak dibeda-bedakan, adalah suatu bagian dari fungsi-fungsi kepala klien untuk memegang peranan politik dan agama yang khusus. Tetapi dalam negara-negara yang terorganisasi, khususnya negara-negara dengan monarkhi yang terpusat, misal: Benin, Ashanti, atau Dahomey, dimana implikasi-implikasi politik dan legal dari tradisi merupakan hal-hal yang penting sehari-hari, pembuatan dan penyampaian tradisi menjadi suatu spesialisasi yang terkontrol dan penuh aturan.
Tradisi lisan melalui cerita-cerita, fabel-fabel, dan peribahasa-peribahasa yang diceritakan oleh orang-orang yang lebih tua kepada mereka yang lebih muda sebagai bagian dari pendidikan umum. Di dalam kesempatan bercerita itu, sesudah makan malam di dalam kelompok-kelompok keluarga atau selama pesta-pesta bulan purnama ketika orang-orang tidak tidur hingga larut malam. Tradisi-tradisi menceritakan asal mula adanya hubungan dari seluruh komunitas atau dari keluarga klien tertentu. Kejadian-kejadian yang lebih akhir, yang telah muncul di dalam sejarah dapat diingat, khususnya hal-hal yang terjadi dua atau tiga generasi yang terdahulu juga diceritakan.

Tradisi-tradisi disampaikan secara lebih formal bila ada pranata-pranata pendidikan yang terorganisasi, umpamanya yang berhubungan dengan ritual masa dewasa, inisiasi ke dalam tingkat-tingkat umur dan kelompok-kelompok rahasia, atau selama latihan atau pendidikan untuk menjadi pendeta atau ahli agama. 

0 comments:

Post a Comment