LATAR
BELAKANG
Dalam kajian sejarah masalah objektivitas dan subjektivitas adalah hal yang memmungkinkan dalam menulis sejarah. begitu juga dengan mengkaji runtuhnya
feodalisme menyebabkan status bangsawan dan gerejawan merosot. Sementara itu
status militer naik, karena dampak perang feodal. Ketika feodal jaya yang
paling beruntung ialah kelompok bangsawan dan gerejawan. Sewaktu feodal runtuh
status gerejawan dan bangsawan otomatis ikut runtuh juga. Militer otomatis
naik, kelas militer ditarik oleh penguasa sebagai pembantu dekatnya, karena pada
masa itu dalam situasi pembaharuan secara global (abad 15) dibidang ekonomi, teknologi,
tata negara.
budaya,
ilmu pengetahuan dan lain-lain.
Raja Louis XVI |
Pasca
feodalisme kemudian ditentukan konstitusi baku sebagai landasan pemerintahan. Meskipun
gambaran rumusan telah menghasilkan temuan-temuan baru dibidang pemerintahan
dan ketatanegaraan dengan landasan konstitusi dan parlemen, tetapi kesemuanaya
itu belum dapat dilaksanakan. Pada saat itulah terjadi kekosongan landasan
pemerintahan. Raja atau penguasa ternyata mampu memanfaatakan kesempatan
tersebut tampil kedepan dengan dukungna militer dan membuat konstitusi baru
(konstitusi absloutisme). Dalam situasi kacau dalam abad ini raja mengambil
kesempatan dengan dukungan militer. Dengan sistem baru tersebut mulailah sistem
feodal berlangsung di Eropa.
Dalam
panggung sejarah di Eropa ada dua negara terkenal dan tertua yang memulai
tradisi absolute yaitu Inggris dan Perancis.
Absolutisme
adalah suatu sistem atau bentuk pemerintahan tanpa undang-undang dasar dimana
semua kekuasaan terletak di tangan penguasa. Absolutisme di Eropa berkisar
antara 1610 -1789. Di Eropa absolutisme menggambarkan suatu bentuk kekuasaan
monarki yang tak terkendali oleh semua lembaga-lembaga lain, seperti gereja-gereja,
legislatif, atau elit sosial. Raja-raja di Eropa secara menyeluruh memerintah
secara absolut selama masa transisi dari feodalisme ke kapitalisme.
Absolutisme
ditandai dengan berakhirnya feodal partisi, konsolidasi kekuasaan dengan raja, kebangkitan
kekuasaan negara, penyatuan undang undang negara, dan penurunan pengaruh Gereja
dan kaum bangsawan. Karakteristiknya ialah:
1.
Sentralisasi kekuasaan baik eksekutif, legislatif, maupun
yudikatif.
2.
Penguasa memiliki kontrol sosial yang sangat ketat atas
kehidupan masyarakat.
3.
Tidak diperbolehkan adanya oposisi.
4.
Penguasa dianggap sebagai wakil Tuhan yang memerintah di muka
bumi.
5.
Kekuasaan penguasa dianggap sebagai divine right (kekuasaan
penguasa berasal dari Tuhan). The divine right of king merupakan doktrin
politik-theokratis yang menyatakan kekuasaan raja berasal dari Tuhan. Raja
tidak bertanggung jawab kepada rakyatnya.
Abad XVII mengalami perubahan arti yaitu raja mempunyai sifat
suci sebagai wakil Tuhan di dunia. Raja harus berkuasa mutlak dan tidak dapat
diganggu gugat, termasuk oleh hukum buatan manusia. Siapa yang menentang raja
berarti menentang Tuhan karena raja merupakan wakil Tuhan di dunia.
Doktrin ini bermula dari gagasan pendeta Boussuet
(1637-1704). Menurut Boussuet kerajaan yang diserahkan Tuhan kepada raja
sebagai wakil-Nya bertujuan agar manusia memperoleh kepuasan naluri untuk
tinggal bersama-sama dalam seluruh masyarakat politik yang telah disusun. Gagasan
ini didasarkan pada pandangan sejarah yang didasarkan pada tesis yang
menyatakan jalannya sejarah manusia dituntut oleh penyelenggaraan Ilahi.
Munculnya ideologi yang membenarkan raja bertindak absolut
juga dikarenakan adanya landasan filosofi yang membenarkan atau pun yang
menganggap bahwa raja memiliki hak dari Tuhan untuk memerintah secara absolut. Diantaranya
ialah, Nichollo Machiavelli. Ajaran Nichollo Machiavelli tertuang dalam bukunya
yang berjudul “The Prince”. Buku ini ditulis oleh Maciavelli untuk memberikan
nasehat kepada keluarga Medici di Italia.
Menurut Machiavelli negara memerlukan stabilitas politik
untuk menjamin kepentingan seluruh warganya. Stabilitas politik hanya dapat
dicapai bila penguasa memiliki kekuasaan yang luas dan kuat. Penguasa juga
harus menunjukkan moral yang baik sehingga dapat dijadikan figure yang baik
bagi rakyatnya. Untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa bila perlu mengabaikan
ajaran agama, moral, dan kepentingan masyarakat.
Kemudian juga ada Thomas Hobbes. Dalam karyanya “The Leviathan” dia merumuskan
teorinya pada saat terjadi pertikaian antara Charles I versus parlemen di
Inggris.
Hobbes yakin perdamaian dan stabilitas politik dapat
diwujudkan bila negara hanya mempunyai satu orang penguasa yang berkuasa
mutlak. Seluruh rakyat harus mematuhi penguasa yang kuat agar dapat memaksakan
kedamaian.
Monarki
absolut menghabiskan banyak uang dan kas kerajaan dalam membangun rumah-rumah mewah
untuk raja dan para bangsawan.. Dalam sebuah Kerajaan yang absolut, raja selalu
diharuskan untuk tinggal di istana kerajaan, sementara para pejabat dan bangsawan
kerajaan menguasai tanah . Ini dirancang untuk mengurangi kekuatan kaum
bangsawan dengan menyebabkan para bangsawan menjadi tergantung pada kebijakan
dari raja untuk mata pencaharian mereka.
Absolutisme di
Perancis
Memasuki abad XVII, keadaan Perancis diliputi
oleh suasana krisis ekonomi. Krisis semakin parah akibat munculnya perang antar
agama (Katholik-Huegenots). Pada 14 Mei 1610 Henry IV dibunuh oleh Francois
Ravaillac, seorang Katholik, yang didalangi oleh Holy League.Terbunuhnya Henry
membawa stabilitas politik Perancis mengalami fluktuasi.
Kemudian Henry IV digantikan oleh Louis XIII yang waktu itu
masih berusia 9 tahun. Concino Concini diangkat sebagai penasehat raja. Tahun
1614 sidang Estate General tidak dapat mengambil keputusan untuk menyelamatkan
negara. Dan Tahun 1617 Louis mengambil
tindakan untuk menyelamatkan negara. Concini dipenjara-kan dan dibunuh beberapa
tahun kemudian. Setelah itu 1624 Armand Jean du Plessis, duc de Richelieu,
diangkat sebagai perdana menteri.
Louis XIV lahir pada tanggal 5 September 1638. Meninggal pada
1 September 1715.
Julukannya ialah Louis the Great (Louis le Grande),
The Sun King (Le Roi Soleil). Pada masa Louis XIV-Richelieu absolutisme
Perancis mencapai puncaknya. Semboyan nya L’etat c’est moi(I am the
state). Dia memilih Jean Baptiste Colbert sebagai menteri keuangan yang
menerapkan Merkantilisme. Ini juga didasari atas perkataan Uskup Perancis
Bossuet bahwa itu adalah hak ilahi raja untuk memerintah dan raja adalah wakil
Allah yang di urapi di bumi. Dan Louis juga menghamburhamburkan kas kerajaan
Perancis dengan membangun istana mewah yaitu Versailles dengan waktu 14 tahun.
Kebijakan Louis XIV yaitu, Mencabut Edit of Nantes (kebebasan bagi Huguenots untuk
menjalankan keyakinan dan beribadah). Menutup sekolah, dan merusak gereja
protestan. Dia memerintah dengan semboyan: One king, one law, one faith (un
roi, une loi, une foi), satu raja, satu hukum, satu kesetiaan. Dan memilih
Marquis de Louvois sebagai sekretaris negara urusan peperangan.
Absolutisme di
Inggris
James I dari dinasti Stuart di Inggris
memerintah sebagai raja mutlak, yang membenci Parlemen. Ia berjuang untuk
membubarkan parlemen, dan memerintah tanpa suara rakyat. Dia menyatakan bahwa
raja adalah Letnan Tuhan, utusan-Nya, dan memerintah sebagai raja tertinggi
diatas bumi. Dia mulai membuat aturan absolut Inggris, diikuti oleh keluarganya
selama beberapa generasi. James menganjurkan hak-hak ilahi rajaraja, dan pada
gilirannya menulis sebuah buku advokasi hak ilahi berjudul Trew Law of Free
Monarchies di 1598.
James I lahir pada tanggal 19 Juni 1566. Dia merupakan putera
dari Henry Stuart (Duke of Albany) dan Mary (Queen of Scot). James I menikah
dengan Anne of Denmark pada tanggal 23 November 1589 di Oslo. Pada tahun 1597
menulis dua buah buku: The Trew Law of Free Monarchies danBasilikon
Doron. Dia menjadi King of England
24 Maret 1603-27 Maret 1625 dengan gelar “His Majesty King James I of England”.
Kebijakan yang pernah dilakukannya yaitu, mempersatukan
England dan Scotlandia dalam satu negara kesatuan dengan satu raja, satu hukum
dan satu parlemen. Membentuk aliansi dengan Perancis melawan Ferdinand II
(Spanyol). Perang ini merupakan perang saudara antara Ferdinand II versus
Frederick V (menantu James I). Di bawah
James literatur dan drama berkem-bang pesat. Muncul tokoh: William
Shakes-peare, John Donne, Ben Johnson, Francis Bacon. Dia juga mereduksi
peranan Gereja Katholik Roma
Konspirasi untuk membunuh James I terjadi pada pembukaan sidang parlemen 5
November 1605. Hal ini merupakan reaksi dari diberlakukannya hukum
anti-katholik yang diberlakukan secara represif oleh James I. Aktor intelektual
penganut agama Katholik Roma.
Pelakunya ialah Guys Fawkes: a soldier fortune. Namun
Konspirasi ini berhasil digagalkan. Fawkes ditahan Dia juga mendirikan gereja
Kristen Protestan dan purifikasi gereja di Inggris dan sangat teguh akan divine
right:
“The
state of monarchy is the supremes thing upon earth: for king are not only God’s
lieutenants upon earth, and sit upon God’s throne, but even by God himself they
are called Gods”.
James
I Meninggal pada 27 Maret 1625. Penggantinya ialah Charles I yang meneruskan
kebijakan James terutama dalam perseteruan dengan parlemen dan keagamaan.
Pada
masa Charles I meletus English Civil War (1642-1649). Ketika ia diganti oleh CHARLES
I, kehidupan absolute di Inggris semakin kuat dan ketika pemerintahan dipegang
oleh James II, absolute di Inggris mencapai puncaknya. bersamaan dengan puncak absolutisme
itu ternyata gerakan revolusi Liberal telah di mulai di Inggris dengan
munculnya kelompok cendikiawan, ilmuan, teknokrat, kapitalin. Dengan dukungan
rakyat yang nanti pemerintahan absolute segera terjadi antiklimaks dalam sistem
pemerintahan absolutisme di Inggris. yakni terjadinya Gloriun Revolution 1689,
yakni revolusi yang dilakukan olah para uskup (elit gereja), bersama-sama
dengan parlemen yang menuntut agar raja turun tahta. gerakan akan mengganti
konstitusi yang telah ada dengan konstitusi baru yang menjamin
kebebasan
seluruh warga negara. Pada dasarnya dalm pemerintahan absolutisme tidak ada hak
warga negara. Prakteknya dalam pemerintahan di Inggris akan terjadi penindasan,
pemerasan, eksploitasi kepada seluruh rakyat oleh penguasa. Dengan munculnya
konstitusi baru ini di jamin hak-hak dan kewajibannya. Dengan glorius revolution raja atau penguasa
harus menaati peraturan-peraturan atau konstitusi, kekuasaan berada di tangan
rakyat, raja
atau
penguasa ataupun parlemen sebagai pelaksana.
Pasca
Glorius Revolution, Inggris dipegang oleh Raja William dari dinasti orang-orang
yang berada dibawah konsitusi Inggris. Sejak itu Inggris mengalami kemajuan
yang luar biasa di berbagai bidang karena jaminan konstitusi. sejak itu Inggris
mensponsori sebagai negara terjamu di Eropa.
Penguasa
Absolut Lainnya seperti:
-
Spanyol:
Philip II dari Dinasti Hapsburg (1556-1598).
-
Austria:
Leopold I (1658-1705).
-
Prusia:
Frederick William “the Great Elector (1640-1688).
-
Rusia:
Peter the Great (1689-1725).
Peter
Romanov yang Agung dari Rusia menerapkan sistem monarki absolut, dengan tidak
adanya sistem kontrak sosial, perbudakkan masih sangat kuat di Rusia, Peter
mengungkapkan bahwa kemajuan didasarkan pada kemampuan bukan berdasarkan garis
darah atau keturunan. Peter menerap kan sistem Kedutaan Besar yang memberi
dampak yang besar bagi Rusia dengan diperolehnya banyak keterampilan dalam
bidang teknologi dan militer.
Ada banyak pendapat dari sejarawan pada
tingkat absolutisme di antara rajaraja Eropa. Beberapanya, seperti Perry
Anderson, berpendapat bahwa beberapa rajaraja absolut mencapai tingkat kontrol
atas negaranegara mereka, seperti Mettam Roger pada konsep absolutisme. Secara
umum, sejarawan yang tidak setuju dengan sebutan absolutisme dalam berdebat
bahwa sebagian besar raja absolut dicap tidak memberikan kebebasan yang lebih
besar atas rakyat mereka, daripada kebebasan yang didapat dari penguasa
nonabsolut, dan sejarawan ini cenderung untuk menekankan perbedaan antara
absolutis retorika penguasa dan realitas penggunaan efektif kekuasaan oleh
monarki absolut ini.
0 comments:
Post a Comment